"Distance isn't a big factor in a relationship. Communication is. But most of all, commitment is the biggest."- Anonymous
When it comes to destiny, we're talking about fate, something definite, and unlimited time, or in the other word: infinity.

entah kenapa saya selalu punya satu masalah dalam diri saya yang menurut saya itu sangat mengganggu dan menyusahkan, bukan hanya orang lain, tapi menyusahkan diri saya sendiri juga.

KEMAMPUAN BERBICARA

bukan berarti saya bisu. atau cadel. atau autis.
saya tidak bisa mengutarakan isi hati. apa yang saya mau, apa yang ada di kepala saya, pada ujungnya hanya akan tetap saya simpan untuk diri sendiri.
bukan bermaksud egois.
bukan bermaksud sok misterius.

jika ditanya alasannya mengapa dan kenapa, saya pun tidak dapat menemukan jawaban yang baik dan sesuai.

mungkin karena saya tidak mau agar orang lain tau.
mungkin karena saya tidak yakin pada diri sendiri.
mungkin karena saya tidak tau harus mulai darimana.

alasan-alasan di atas hanya merupakan sebagian dari begitu banyak alasan.
mungkin pada akhirnya karena terlalu banyak alasan.
atau ternyata memang saya hanya mencari-cari alasan.

walaupun sebenarnya saya tau..
mungkin, tidak.
bukan mungkin, tapi memang karena saya penakut.

saya pengecut.

saya takut akan anggapan orang lain terhadap diri saya.
anggapan yang tidak saya harapkan keluar dari mulut atau hanya tersimpan di kepala mereka setelah saya mengeluarkan apa yang saya ingin utarakan.

saya takut.
saya takut di cap aneh, walaupun memang itu benar.
saya takut di cap munafik, kalaupun memang itu benar.
saya takut tidak dapat diterima, apa yang saya katakan, apa sebenarnya isi hati saya.

saya takut.
saya takut pada akhirnya saya hanya akan menjilat ludah saya sendiri.
saya takut apa yang awalnya saya yakini, pada akhirnya akan goyah.
saya takut berkata kepada orang lain mengenai apa yang seharusnya tidak mereka lakukan, lalu pada akhirnya karma bertindak. malah saya yang pada akhirnya melakukan hal itu.
saya takut apa yang saya katakan, apa yang saya harapkan, ternyata berujung pada kekecewaan.

rasa takut itu sungguh besar.

hingga saya bisa merasakan rasa takut itu pada akhirnya menggerogoti diri saya sendiri.
hidup dalam ketakutan memang tidak menyenangkan.
itu mematikan.
mematikan harapan, mematikan semangat, mematikan masa depan.
mematikan diri sendiri.

saya sadar bahwa seharusnya saya mulai belajar untuk dewasa.
belajar untuk berani berbicara.
ini untuk kebaikan saya sendiri.

saya tidak mau lagi merasakan kecewa karena menyesal.

"  Andai waktu itu saya berkata ... pasti saat ini ... tidak akan terjadi"
 
"  Andai ia tau perasaan saya sebenarnya. mungkin ia tidak akan melakukan ... yang menurut saya merupakan kesalahan"
 
"  Andai waktu itu saya berani berbicara mengenai ...  mungkin sekarang saya bisa sukses dan berhasil dalam hal ..."

sungguh, kalimat-kalimat di atas tidak ingin saya ucapkan lagi di masa depan.

menyesal hanya menimbulkan masalah pikiran.
toh, tidak dapat diselesaikan juga.
kita tidak bisa kembali ke masa lalu dan memperbaikinya.

seperti cermin yang sudah pecah.
sebaik apapun kamu berusaha menyatukan kembali kepingan kacanya, cermin itu akan tetap cacat, selamanya.
yang kita lakukan adalah terus berjalan ke masa depan.
beli cermin baru, dan kali ini jaga dia dengan sepenuh hati.
bahkan keledai tidak akan jatuh ke lubang yang sama dua kali, bukan?

semoga saya bisa memperbaiki kekurangan saya ini.
menghilangkan ketakutan saya sedikit demi sedikit.
belajar berbicara. belajar menjadi berani. belajar menjadi dewasa.

dan jika kamu, siapapun yang membaca tulisan ini, merasakan hal yang sama dengan apa yang saya rasakan.
belajarlah berbicara, kawan.
saya, kamu, dia, kita, atau mereka memiliki hak yang sama.
hak berbicara, hak mengutarakan pendapat.
yang berbeda hanyalah apakah ada sedikit keberanian untuk melakukan itu.

"  Berani adalah ketika kamu berhasil melawan ketakutan kamu sendiri"
 
be strong, be brave, and get your success,
SH.

super supeR supER suPER sUPER SUPER ENVY!


gaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah i wanna scream it out loud :'(

"if i am not who i am now,

will you take me as i am?"